Cindaga Dalam Kenangan Seorang Tawin
Kepripun kabare sederek warga cindaga, kali ini ada sebuah cerita pengalaman masa kecil dari salah seorang anggota PWDC yang bernama Tawin, yuuk kita simak kisahnya berikut ini
Namaku Tawin, anak desa yang terlahir dari sebuah keluarga sederhana di sebuah kampung yang bernama Desa Cindaga, sebuah desa yang terletak di selatan banyumas, jawa tengah
Walaupun anak kampung biasa , namun aku merasa sangat beruntung dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tua yang penuh cinta dan perhatian
Seperti kebanyakan anak-anak desa di masa itu, hari-hari kami diisi dengan aktifitas bermain diantara hijaunya persawahan serta mandi di sungai, kebetulan desa cindaga memang dilalui sungai Serayu
Apalagi ketika musim kemarau tiba, banyak sumur-sumur yang kering sehingga warga cindaga pergi mandi cuci dan buang hajat di sungai serayu
Selain sungai Serayu yang airnya jernih karena belum tercemari limbah serta sampah, di desaku juga terdapat dua buah rawa yaitu rawa Winong yang terletak di grumbul wredeg dan rawa kalong yang terletak di grumbul poncot
Rawa Winong merupakan rawa terluas dengan luas tiga kali lipat rawa kalong, maka tak heran apabila rawa Winong termasuk salah satu ikon desa cindaga yang terkenal, sayangnya grumbul wlahar dimana rumahku berada letaknya jauh dari rawa Winong, jadi jarang sekali aku berenang di rawa itu
Lingkungan tempat tinggalku waktu itu dikelilingi ladang atau tegalan, yang mana kalau datang musim hujan, maka para petani pemilik ladang yang biasa disebut sebagai talun oleh penduduk setempat, akan ditanami padi Gogo, masyarakat setempat menyebutnya pari gaga
Jenis padi Gaga ini mampu hidup diatas lahan yang kering , walaupun tanpa digenangi air layaknya lahan persawahan pada umumnya
Namun jangan salah loh, rasa padi Gaga itu sangat enak dan harum, sayangnya saat ini sudah tidak ada lagi petani ladang yang menanam padi ini
Waktu musim panen padi mulai tiba, maka masyarakat biasanya akan bergotong royong memanen padi dengan alat pemotong batang padi yang bernama ani-ani
Kegiatan memanen padi yang dilakukan secara gotong-royong itu dinamakan derep, dengan sistem bagi hasil sesuai banyaknya jumlah batang padi yang berhasil mereka kumpulkan, jadi semakin cepat memotong batang padi otomatis semakin besar pula jumlah batang padi yang mereka peroleh
Lain halnya dengan zaman sekarang, dimana padi dipanen sendiri oleh para petani atau membayar orang lain untuk memanen padi miliknya
Tidak hanya sampai disitu, batang pohon padi yang disebut damen itu juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing atau sapi, walaupun terkadang sapi atau kambingnya seringnya digembalaka, warga cindaga menyebutnya angon yang artinya gembala
Adakalanya para pemilik ternak sapi atau kambing, harus mencari rumput yang istilahnya disebut ngarit, hingga ke tempat-tempat tertentuterte banyak ditumbuhi rumput, demi menjaga kelangsungan hidup hewan ternaknya
Nah, kira-kira itu saja yang bisa aku tulis kenangan masa kecilku di desa Cindaga tercinta ini. Sebuah kenangan indah yang tak terlupakan, yang tak mungkin terulang lagi
Harapanku semoga desa cindaga semakin berkembang ke arah yang lebih baik lagi, tak kalah dengan desa-desa lainnya yang ada disekitarnya
Belum ada Komentar untuk "Cindaga Dalam Kenangan Seorang Tawin"
Posting Komentar